Belajar membangun
kekuatan diri
Salam sejahtera wahai teman, kali
ini saya akan berbagi tips belajar membangun kekuatan diri agar tidak mudah
sakit fisik, sakit pikiran dan sakit hati he he he. Yang perlu kita lakukan
adalah:
a.Membangun pertahanan diri
dengan memunculkan ketenangan dalam diri.
Saaaaaaaaaaaaaaaaaabar. Kenapa
saya tulis panjang?karena kesabaran itu muncul bila dilatih, tidak diperoleh
dengan instan. Mie instan aja yang instan tidak langsung dimakan ha ha ha. orang
akan tenang jika ia punya kesabaran. Kesabaran dan ketenangan bisa diperoleh
dengan berlatih meditasi, olah raga, sembahyang, dan kegiatan lainnya yang
positif dan tidak melibatkan mental emosional yang tinggi.
b.Ambil pilihan sikap yang
dipandang cocok dengan hati nurani terhadap segala keputusan sehingga bisa
meminimalisasi konflik pikiran (stress).
Maksudnya bebaiksangkalah
terhadap segala apa yang kita alami. Semakin kita tidak menerima keadaan,
justru kita semakin stress dan semakin jauh kita mendapatkan ketenangan. Ketika
kita menjumpai kegagalan, kesedihan, penderitaan, dan sesuatu yang terasa pahit
janganlah langsung lemas, terpuruk, dan jatuh. Itu namanya emosi. Emosi itu
tidak selalu sama dengan kemarahan, emosi itu bisa diartikan terlalu mudah
menyimpulkan. Kita hidup itu ada maksudnya ada tujuannya. Coba merenunglah barang
sebentar. Rugilah bagi orang yang memandang segala sesuatu itu buruk, karena
cara pandang orang itu menentukan perjalanan hidupnya. Sesuatu yang buruk itu
belum tentu buruk pada akhirnya, ketika kita sedang mengalami kesusahan bisa
diartikan pada waktu itu sebenarnya keadaan sedang melatih anda untuk mengenal
kekurangan anda. Jika anda bingung, anda tentu masih akan memperoleh kesusahan.
Jika anda sabar dan cermat maka dengan segera kesusahan itu akan segera teratasi
karena anda telah mengetahui kenapa anda susah dan anda bisa membetulkan
keadaan. Semangat gaes!!
c.Berhati-hati dalam menganalisa
masalah, jangan sampai terjebak suasana emosi yang akan merugikan diri sendiri
(pemborosan energi).
Seperti poin b. Ketika kita
menghadapi suatu masalah, kita disarankan untuk tenang dan sabar. Meskipun kita
belum memperoleh solusi, setidaknya kita yakin dengan keadaan tenang dan sabar
kita bisa menganalisa persoalan dengan cermat dan teliti sehingga keputusan
yang diambil meminimalisasi resiko efek buruk. Emosi mendesak seseorang
mengambil keputusan secara instan, dan biasanya efeknya buruk. Penderitaan
lahir dari tidak adanya keselarasan dan keseimbangan antara keinginan dengan
keadaan nyata. Kalo tidak seimbang, ya energi boros (boros tenaga dan boros
berpikir). Kalo boros orang mudah marah, mudah sakit, mudah lemas, mudah
menyerah, dan mudah menderita.
d.Inti dari semua ini adalah
mengenai penyaluran energi yang baik dan seimbang dalam kehidupan. Hidup dengan
menyelaraskan diri pada alam semesta.
Maksudnya kita bisa menempatkan
setiap potensi diri baik sifat dan naluri kita kedalam koridor implementasi
pemikiran dan tindakan. Misalnya kenapa kita tidak mengubah emosi menjadi
energi positif untuk bekerja dan berolahraga.
Kenapa kita tidak merubah kesedihan kita menjadi energi positif untuk menulis. Kenapa kita waktu
sakit kita tidak mengubah rasa sakit itu
menjadi getaran positif yang mendekatkan diri kita dengan Gusti Allah. Dunia
dan kehidupan itu adalah dua sisi mata uang ada kebaikan dan keburukan, ada kesenangan
dan kesusahan, ada kekayaan dan kemiskinan, ada orang baik dan orang jahat akan
tetapi kita disarankan oleh Alam untuk menjadikan kita itu mesin penyaring yang
selalu menghasilkan output kebaikan. Apapun yang kita alami dan hadapi,
sekuat-kuatnya kita berjuang untuk menjadikan hikmah kebaikan pada setiap
akhirnya. Quotnya “Apapun makanan kehidupannya, minuman penyesuknya adalah teh
Kebaikan.”
e.Masalah adalah teman yang akan
memperkaya khasanah pengalaman hidup kita, jangan dijadikan beban. Hiduplah
dengan bebas dan tenang
Apabila kita sudah faham dengan
prinsip ketenangan dan kesabaran, maka kita sudah tidak takut, khawatir, dan
cemas dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kita akan memandang masalah adalah teman
bagi kita yang akan selalu mendatangkan hikmah kebaikan dan menambah
pundi-pundi amal baik dalam kehidupan kita. Kita akan mempunyai kamus hidup
yang luar biasa. Bukannya semakin susah, malah sebaliknya kita akan terus
mendaki yang namanya tingkatan kehidupan yang hakiki. Kita akan merasa ringan,
enteng, sehat, dan bisa untuk menikmati hidup.
f. Ketenangan adalah kunci.
Ya ketenangan adalah kunci.
Banyaklah membaca dan bertanya kepada orang-orang bijak yang anda kenal.
Ini saya juga coba memunculkan metode
alternatif menguatkan diri dari Bpk Made Prama yaitu ada 2:
1.Belajarlah pelan-pelan
membangun ketenangan dengan pola “Terima-mengalir-Senyum”. Disini diajarkan
kita tidak berusaha menolak masalah, mengabaikan masalah, tapi hadapilah
masalah dengan ketenangan.
2.Semua yang berbau penolakan,
kegelisahan, ketidaktenangan, dan perasaan negative lainnya yang bersumber dari dalam diri kita usahakan
“DIDEKAP SAJA”. Kita pasti merasakan penderitaan dari beban masalah yang
menghampiri kita, wujudnya bisa tekanan rasa sakit pada raga kita, tekanan
kegelisahan karena merasa berbuat dosa/kesalahan, tekanan batin dari perkataan
orang lain, atau penolakan terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan
pengharapan kita dan lain-lain. Bagaimana jika perasaan –perasaan itu
berbarengan kita rasakan? Walaupun terkadang
memang disaat orang mengalami
kegalauan dan stress yang tinggi itu perasaan itu datang bersama-sama. Disisni
saya terinspirasi dengan kata-kata pak Made mengenai semua itu, kata-katanya
berbunyi ;“Saya bukan awan, saya adalah
langit biru”, kata-kata itu terus diulang-ulang sampai dalam tertanam dalam
otak bawah sadar kita. Kita diarahkan untuk bisa “mendekap” semua
perasaan-perasaan itu dalam koridor menenangkan jiwa kita, tidak mungkin kita
memikirkan satu persatu persoalan hidup yang terwakili dalam satu perasaan
disaat kita tertekan. Terkadang masalah itu harus kita raba, kita rasa, dan
baru kita lepaskan. Kita punya kemampuan terbatas disaat kita terpuruk.
Netralkan semua itu dengan memperbesar kapasitas ruangan batin kita (berlatih
sabar dan tenang) dengan berbikir besar layaknya menjadi langit biru. Awan
melambangkan bentuk persoalan-persoalan sedangkan langit biru adalah wadahnya.
Sebesar apapun awan, rupa-rupa awan, tetap kedudukannya lebih kecil dari langit.
Sebab awan bergantung pada langit, dan langit tidak ada ujungnya. Ibarat
kesabaran manusia, kesabaran terlihat seperti ada batasnya, padahal jika kita
sudah mampu merasakan, batas dari kesabaran adalah kesabaran itu sendiri. Batas
langit ya langit itu sendiri.