Sabtu, 01 April 2017

Belajar Membangun Kekuatan Diri




Belajar membangun kekuatan diri
Salam sejahtera wahai teman, kali ini saya akan berbagi tips belajar membangun kekuatan diri agar tidak mudah sakit fisik, sakit pikiran dan sakit hati he he he. Yang perlu kita lakukan adalah:
a.Membangun pertahanan diri dengan memunculkan ketenangan dalam diri.
Saaaaaaaaaaaaaaaaaabar. Kenapa saya tulis panjang?karena kesabaran itu muncul bila dilatih, tidak diperoleh dengan instan. Mie instan aja yang instan tidak langsung dimakan ha ha ha. orang akan tenang jika ia punya kesabaran. Kesabaran dan ketenangan bisa diperoleh dengan berlatih meditasi, olah raga, sembahyang, dan kegiatan lainnya yang positif dan tidak melibatkan mental emosional yang tinggi.
b.Ambil pilihan sikap yang dipandang cocok dengan hati nurani terhadap segala keputusan sehingga bisa meminimalisasi konflik pikiran (stress).
Maksudnya bebaiksangkalah terhadap segala apa yang kita alami. Semakin kita tidak menerima keadaan, justru kita semakin stress dan semakin jauh kita mendapatkan ketenangan. Ketika kita menjumpai kegagalan, kesedihan, penderitaan, dan sesuatu yang terasa pahit janganlah langsung lemas, terpuruk, dan jatuh. Itu namanya emosi. Emosi itu tidak selalu sama dengan kemarahan, emosi itu bisa diartikan terlalu mudah menyimpulkan. Kita hidup itu ada maksudnya  ada tujuannya. Coba merenunglah barang sebentar. Rugilah bagi orang yang memandang segala sesuatu itu buruk, karena cara pandang orang itu menentukan perjalanan hidupnya. Sesuatu yang buruk itu belum tentu buruk pada akhirnya, ketika kita sedang mengalami kesusahan bisa diartikan pada waktu itu sebenarnya keadaan sedang melatih anda untuk mengenal kekurangan anda. Jika anda bingung, anda tentu masih akan memperoleh kesusahan. Jika anda sabar dan cermat maka dengan segera kesusahan itu akan segera teratasi karena anda telah mengetahui kenapa anda susah dan anda bisa membetulkan keadaan. Semangat gaes!!
c.Berhati-hati dalam menganalisa masalah, jangan sampai terjebak suasana emosi yang akan merugikan diri sendiri (pemborosan energi).
Seperti poin b. Ketika kita menghadapi suatu masalah, kita disarankan untuk tenang dan sabar. Meskipun kita belum memperoleh solusi, setidaknya kita yakin dengan keadaan tenang dan sabar kita bisa menganalisa persoalan dengan cermat dan teliti sehingga keputusan yang diambil meminimalisasi resiko efek buruk. Emosi mendesak seseorang mengambil keputusan secara instan, dan biasanya efeknya buruk. Penderitaan lahir dari tidak adanya keselarasan dan keseimbangan antara keinginan dengan keadaan nyata. Kalo tidak seimbang, ya energi boros (boros tenaga dan boros berpikir). Kalo boros orang mudah marah, mudah sakit, mudah lemas, mudah menyerah, dan mudah menderita.
d.Inti dari semua ini adalah mengenai penyaluran energi yang baik dan seimbang dalam kehidupan. Hidup dengan menyelaraskan diri pada alam semesta.
Maksudnya kita bisa menempatkan setiap potensi diri baik sifat dan naluri kita kedalam koridor implementasi pemikiran dan tindakan. Misalnya kenapa kita tidak mengubah emosi menjadi energi  positif untuk bekerja dan berolahraga. Kenapa kita tidak merubah kesedihan kita menjadi energi  positif untuk menulis. Kenapa kita waktu sakit  kita tidak mengubah rasa sakit itu menjadi getaran positif yang mendekatkan diri kita dengan Gusti Allah. Dunia dan kehidupan itu adalah dua sisi mata uang ada kebaikan dan keburukan, ada kesenangan dan kesusahan, ada kekayaan dan kemiskinan, ada orang baik dan orang jahat akan tetapi kita disarankan oleh Alam untuk menjadikan kita itu mesin penyaring yang selalu menghasilkan output kebaikan. Apapun yang kita alami dan hadapi, sekuat-kuatnya kita berjuang untuk menjadikan hikmah kebaikan pada setiap akhirnya. Quotnya “Apapun makanan kehidupannya, minuman penyesuknya adalah teh Kebaikan.”
e.Masalah adalah teman yang akan memperkaya khasanah pengalaman hidup kita, jangan dijadikan beban. Hiduplah dengan bebas dan tenang
Apabila kita sudah faham dengan prinsip ketenangan dan kesabaran, maka kita sudah tidak takut, khawatir, dan cemas dalam menghadapi persoalan kehidupan. Kita akan memandang masalah adalah teman bagi kita yang akan selalu mendatangkan hikmah kebaikan dan menambah pundi-pundi amal baik dalam kehidupan kita. Kita akan mempunyai kamus hidup yang luar biasa. Bukannya semakin susah, malah sebaliknya kita akan terus mendaki yang namanya tingkatan kehidupan yang hakiki. Kita akan merasa ringan, enteng, sehat, dan bisa untuk menikmati hidup.
f. Ketenangan adalah kunci.
Ya ketenangan adalah kunci. Banyaklah membaca dan bertanya kepada orang-orang bijak yang anda kenal.


Ini saya juga coba memunculkan metode alternatif menguatkan diri dari Bpk Made Prama yaitu ada 2:
1.Belajarlah pelan-pelan membangun ketenangan dengan pola “Terima-mengalir-Senyum”. Disini diajarkan kita tidak berusaha menolak masalah, mengabaikan masalah, tapi hadapilah masalah dengan ketenangan.
2.Semua yang berbau penolakan, kegelisahan, ketidaktenangan, dan perasaan negative lainnya  yang bersumber dari dalam diri kita usahakan “DIDEKAP SAJA”. Kita pasti merasakan penderitaan dari beban masalah yang menghampiri kita, wujudnya bisa tekanan rasa sakit pada raga kita, tekanan kegelisahan karena merasa berbuat dosa/kesalahan, tekanan batin dari perkataan orang lain, atau penolakan terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan pengharapan kita dan lain-lain. Bagaimana jika perasaan –perasaan itu berbarengan kita rasakan? Walaupun terkadang  memang  disaat orang mengalami kegalauan dan stress yang tinggi itu perasaan itu datang bersama-sama. Disisni saya terinspirasi dengan kata-kata pak Made mengenai semua itu, kata-katanya berbunyi ;“Saya bukan awan, saya adalah langit biru”, kata-kata itu terus diulang-ulang sampai dalam tertanam dalam otak bawah sadar kita. Kita diarahkan untuk bisa “mendekap” semua perasaan-perasaan itu dalam koridor menenangkan jiwa kita, tidak mungkin kita memikirkan satu persatu persoalan hidup yang terwakili dalam satu perasaan disaat kita tertekan. Terkadang masalah itu harus kita raba, kita rasa, dan baru kita lepaskan. Kita punya kemampuan terbatas disaat kita terpuruk. Netralkan semua itu dengan memperbesar kapasitas ruangan batin kita (berlatih sabar dan tenang) dengan berbikir besar layaknya menjadi langit biru. Awan melambangkan bentuk persoalan-persoalan sedangkan langit biru adalah wadahnya. Sebesar apapun awan, rupa-rupa awan, tetap kedudukannya lebih kecil dari langit. Sebab awan bergantung pada langit, dan langit tidak ada ujungnya. Ibarat kesabaran manusia, kesabaran terlihat seperti ada batasnya, padahal jika kita sudah mampu merasakan, batas dari kesabaran adalah kesabaran itu sendiri. Batas langit ya langit itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar